Jika timbul
ketidakharmonisan atau terjadi percekcokan dalam hubungan antara sesama
manusia, maka harus dilakukan sesuatu usaha untuk menentramkan kembali ikatan
persaudaraan dengan Silaturahim. rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidak sempurna iman seseorang jika
bertengkar lebih dari tiga hari tiga malam". Bahkan Rosulullah secara
khusus menekankan: "Tidak sempurna
iman seorang suami dan iman seorang isteri kalau bertengkar sampai
dimalamkan".
Bagaimana agar persaudaraan dan jalinan keakraban makin
mantap dan bisa lestari, maka Rosulullah s.a.w. memberikan tuntunan
sekurang-kurangnya dalam dua gambaran tentang persaudaraan dalam Islam.
Pertama, persaudaraan dalam Islam harus satu tubuh. Jika salah satu anggota badan
ada yang sakit, maka yang lain harus ikut merasakan sakit. Esensinya,
persaudaraan harus diwarnai oleh adanya semangat solidaritas; kepahitan hidup
yang dirasakan oleh orang lain turut dirasakan oleh saudaranya.
Kedua, persaudaraan dalam Islam harus seperti sebuah bangunan. Sabda Nabi: Antara satu unsur bangunan dengan unsur yang
lainnya saling memerlukan dan saling melindungi. Esensi tercakup sikap ta'awun; sikap saling tolong. Tarahum; saling menyayangi; Tadhamun; saling tanggung jawab. Seperti
yang dsabdakan Rosulullah: "Tolonglah
orang lain Allah akan menolong kamu, ringankan beban orang lain Allah akan
meringankan bebanmu, sayangi orang lain Allah sayang kamu, maafkan orang lain
Allah akan mengampuni kamu".
Untuk melestarikan
sikap ini, beberapa petunjuk dapat ditemukan dalam Al-Qur'an antara lain dalam
surat Al-Hujarat ayat 6-12 yaitu:
Hai orang-orang beriman! Jika ada orang fasik datang
kepadamu membawa berita, pastikanlah kebenaranya, supaya jangan merugikan orang
karena tak diketahui, dn kemudian kamu akan meyesali apa yang telah kamu
perbuat. Dan ketahuilah bahwa di tengah-tengah kamu ada Rosulullah; kalau dlam
banyak hal ia harus mengikuti kamu, tentulah kamu akan berada dalm kesulitan.
Tetapi Allah membuat kamu mencintai iman, dan menjadikanya indah dalam hatimu;
dan ia membuatmu benci pada kekufuran, kefasikan dan pendurhakaan. Mereka
itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang benar; Suatu karunia dan nikmat
dari Allah; dan Allah Mahatahu, Mahabijakasana. Dan kalau ada dua golongan
orang beriman bertengkar, dmaikanlah mereka; tapi bila salah satu dari keduanya
berlaku dhalim terhadap yang lain, maka perangilah golongan yang berlaku dhalim
itu, sampai mereka kembali pada perintah Allah; bila mereka sudah kembali,
dmaikanlah keduanya dengan adil, dan berlakulah adil, dan berlakulah adil;
Allah mencintai orang yang berlaku adil. Orang-orang mukmin sesungguhnya
bersaudara; maka rukunkanlah kedua saudaramu (yang berselisih), dan bertakwalah
kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. Hai orang-orang beriman! Janganlah
ada ada suatu golongan memperolok golongan yang lain; boleh jadi yang satu
(yang diperolok) lebih baik dari pada yang lain (yang memperolok): Juga jangan
ada perempuan yang menertawakan perempuan lain: Boleh jadi yang seorang ( yang
diperolok) lebih baik daripada yang lain (yang memperolok): janganlah kamu
sling mencela dan memberi nama ejekan. Sungguh jahat nama yang buruk itu
setelah kamu beriman. Barang siapa tidak bertobat, orang itulah yang dhalim.
Hai orang-ornag beriman! Jauhilah prasangka sebanyak mungkin; karena sebagian
prasangka adalah dosa. Dan janganlah saling memata-matai, jangan saling
menggunjing. Adakah diantara kamu yang suka makan daging saudaranya yang sudah
mati? Tidak, kamu kan merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah. Allah selalu
menerima tobat, dn maha pengasih. (Al-Hujarat:6-12).
Tujuh resep ayat
Al-Qur'an dalam surat Al-Hujarat tersebut adalah:
Pertama, budayakan tabayun. Tabayun adalah mengecek kebenaran suatu berita yang
sampai ketelinga, terutama mendengar berita jelek tentang teman, saudara dan
sebagainya. Sikap seorang muslim adalah, jangan dulu percaya sebelum dicek
kebenaran berita tersebut. Al-Qur'an mengatakan jangan sampai kamu benci kepada
seseorang karena korban informasi. Jangan sampai mengutuk seseorang karena salah
informasi. Rosulullah s.a.w. mengatakan: "Cukup
bagi seseorang dikatakan pembual besar jika menceritakan segala yang didengar
sebelum dicek kebenaran berita tersebut".
Dalam ajaran Islam yang
benar hanya Al-Qur'an. Tafsir bisa salah bahkan hadits juga ada yang dhaif, begitupun dengan qaul ulama bisa keliru.
Kedua, budaya ishlah. Ishlah adalah
meluruskan yang tidak lurus, mendamaikan yang tidak damai, merukunkan yang
tidak rukun, termasuk meluruskan informasi yang salah. Dalam masyarakat Islam
diperlukan suatu lembaga ishlah atau
sekurang-kurangnya ada satu pribadi yang dipercya seluruh pihak untuk melakukan
ishlah. Contoh dalam lembaga
internasional ada (OKI) merupakan lembaga ishlah
yang salah satu tugasnya adalah untuk mendamaikan antara negara-negara Islam
yang bertengkar. Indah sekali jika dlam kehidupan dibudayakan tabayun dan dibiasakan ishlah. Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Islam datang dalam keanehan dan pada
suatu saat nanti Islam akan muncul sebagai suatu ajaran yang aneh dan asing,
berbahagialah orang-orang yang asing".
Orang-orang yang aneh
adalah orang-orang yang melakukan ishlah
atas segala hal yang dirusak oleh umat manusia. Oleh karena itu ishlah merupakan salah satu dakwah.
Muhammad Abduh gerkan dakwahnya disebut ishlah;
ingin meluruskan yang tidk lurus dan membereskan yang tidak beres.
Ketiga, hindarkan taskhirriyah,
meremehkan atau memperolo-olakn orang lain.
Keempat, jangan menghina orang lain, menghina orang lain antara lain dengan
mengganti nama orang lain dengan gelar-gelar yang tidak baik dan dapat
menyakitkan karena mengganggu keakraban dan persaudaraan. Dalam sebuah hadits
disebutkan bahwa termasuk menghina orang lain kalau memanggil disertai nama
bapaknya.
Kelima, menjauhkan sikap su-udhon atau
buruk sangka. Salah satu penyakit rohaniah yang mengakibatkan penyakit
jasmaniah dan dapat menimbulkan setress adalh buruk sangka.
Keenam, jangan suka mencari kesalahan orang lain; carilah keslahan diri sendiri.
Janganlah diri disibukan oleh inventarisasi kesalahn orang lain, tapi lebih
baik jika menginventarisasi kesalahn diri sendiri.
Ketujuh, jangan suka menggunjing orang lain atau ghibah. Menurut Al-Qur'an, manusa yang suka ghibah itu adalah manusia sadis.
Menggunjing bisa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari
dengan berjamaah, karena menggunjing paling nikmat dilakukan dengan berjamaah.
Dirinya ingin sukses bukan dengan prestasi tapi dengan menghancurkan orang
lain, yaitu dengan cara menggunjingkannya. Diperingatkan oleh Rasulullah bahwa
menggunjing yang paling besar dosanya adlah menggunjing suami sendiri atau
isteri sendiri. Bahkan dikatakn dlam sebuah hadits bahwa diharamkan masuk surga
bagi seseorang yang suka membuka aib seorang suami atau isteri.
Agar Pergaulan Tetap Lestari
Selain tujuh resep diatas, Nabi Muhammad memberikan enam
resep tata pergaulan sehari-hari supaya tetap lestari. Buktikan keakraban
persaudaraan antara sesama muslim dengan cara;
Pertama, kalau orang lain mengucapkan salam, maka harus dijawab dengn salam.
mengucapkan salam adalah sunah, tapi menjawab slaam adalah wajib; fardhu kifayah, kecuali slam ketika
sholat tidak perlu dijawab. Ada ketentuan slam tidak boleh diucapkan kepada
non-muslim.
Kedua, kalau orang lain mengundang, penuhi undangannya. Secara khusus agama
menganjurkan dua acara keluarga melibatkan orang lain; walimatul nikah dan walimatul
aqiqah. Nikah dalam ajaran Islam tidak boleh sirri atau dengan sembunyi-sembunyi, tapi harus dipublikasikan.
Dalam ajaran Islam jika seorang bayi lahir, maka di hari ketujuh disunatkan
untuk; mencukur rambut, mengumumkan namanya dan aqiqah; yaitu menyembelih seekor kambing untuk bayi perempuan dan
dua ekor kambing untuk bayi laki-laki.
Ketiga, Kalau orang lain meminta nasihat, atau saran berikanlah nasihat
seperlunya. Jangan sampai orang yang sedang mengalami kesulitan dan menumpahkan
kesulitnya kemudian diperberat. Sampai Nabi mengatakan kalau ada temanmu
menceritakan mimpinya yang jelek berikan tafsiran yang baik supaya tidk putus
asa dan menjadi pesimis. Berikanlah orang lain harapan-harapan dan rasa optimis
dalam menjalankan kehidupan. Hal ini perlu dilakukan oleh orang tua terhadap
anaknya.
Keempat, kalau orang lain bersin dan mengucapkan "alhamdulillah", maka di jawab "yarhamukallah".
Kelima, kalau orang lain sakit doakan dan kunjungi. Kalau mengunjungi yang sakit
dianjurkan untuk tidak membebani keluarga yang sakit, baik material ataupun
moral. Bahkan lebih baik membantu meringankanya.
Keenam, Kalau orang lain meninggal dunia, maka antarkanlah sampai kekuburanya.
Kalau ada orang yang meninggal dunia, walaupun orang itu tidak beres, maka
ucapkanlah inna lillahi wa inna illaihi
raji'un. Tapi jika orang meninggal dunia non-Muslim, janganlah mengucapkan inna lillahi wa inna illaihi raji'un.
Kalau ada orang yang membawa jenazah dan melewatinya dianjurkan untuk berdiri,
walaupun yang meninggal dunia non-Muslim. Jika melihat mayat dianjurkan untuk
menutup mulut dan matanya, kemudian tanganya harus disimpan di dadanya.
Selanjutnya dimandikan, dikafani, dan dikubur. Jika mayat akan dikubur, jangan
ada barang apapun yang dibawa kecuali kain kafan. Bahkan makampun jangan dibuat
mewah, boleh ditembok itupun hanya pinggirnya saja. Begitu juga dengan peti
mayat, jika mayat dalam keadaan normal lebih baik tidak menggunakan peti.
Apabila menggunakan peti, maka dalam peti harus diberi tanah.
Jika petunjuk-petunjuk diatas dilaksanakan dalam
kehidupan sehari-hari, insya Allah kehidupan antara sesma Muslim akan terjelma
kehidupan yang harmonis.
Tidak ada komentar for: "Melestarikan Semangat Silaturahim"
Leave a Reply