Belajar dari Kucing


Hampir dua minggu, Tata, nama kucingku sakit. Sakitnya sekarang sudah agak baik. Tata adalah kucing yang baik. Warna hitam, coklat, dan putih adalah merupakan perpaduan yang cantik yang dapat dilihat dari bulunya. Wajahnya kecil, tapi dagunya sedikit lancip dan maju ke depan. Dia merupakan kucing yang lincah, sebelum dia sakit. Dia selalu suka kalau diberi bola-bola kertas. Bila Tata melihat bola-bola kertas berada di depan matanya, maka langsung dia hampiri bola itu. Dengan sigap, Tata akan mengayuhkan tangannya sehingga bola bergeser sedikit demi sedikit.

 Tata…. Buka kucing yang cantik bila dilihat oleh orang lain, tapi bagiku Tata adalh kucing yang cantik dan pandai. Tata tidak rewel. Dia segera menghampiriku ketika aku atau orang-orang di rumah memanggil namanya. Tata, dia adalah kucing yang tahu diri, kalau aku bilang. Berbeda dengan Rara, kakaknya, Tata lebih mudah diajari dibandingkan Rara. Dia mudah mengerti apa yang kita suruh. Aku sangat heran ketika aku hendak mencuci piring, aku melihat ada seonggok kotoran di saluran air disana. Ternyata, setelah aku perhatikan Tata-lah yang e-ek disana. Tidak seperti Rara, Tata nurut….


Dua minggu kemarin, awal dari perjuangan Tata, perjuangan antara hidup dan mati ! Kejadiannya bermula dari Papa-ku yang hendak turun dari tangga nomor dua–di dapur– Papa tidak melihat bahwa di tangga itu ada kucing kecil Tata. Oh, iya, Tata usianya sekitar 3 bulan. Karena tak melihat ke bawah, Papa terinjak badannya Tata. Papa tidak tahu persis bagian badan Tata mana yang terijak olehnya. Saat itu Tata langsung tergeletak tak berdaya. Tak ada suara yang terdengar dari Tata. Wajahnya kuyuh, nyaris tanpa suara. Aku langsung menggendongnya. Aku ambil kain lalu kuletakkan dia di atasnya. Aku mendekapnya terus. Akhirnya aku nangis karena kasihan melihatnya, yang baru beberapa bulan telah merasakan kesakitan yang sangat.

Malamnya, Tata menegeluarkan suara yang sangat keras. Dia menjerit yang menyatakan bahwa dia merasakan kesakitan yang sangat dalam. Berkali-kali dia menjerit dan berkali-kali pula aku menggendongnya. Tubuhnya tetap lemas, tak berdaya. Dia hanya mengeluarkan kotoran. Aku tak tahu seberapa sakit yang ia rasakan, tapi hatiku luluh melihat penderitaannya. Aku dan emakku langsung memberinya air Zamzam. Aku berdoa untuk sesembuhannya melalui perantara air Zamzam karena aku berpikir bahwa air Zamzam bisa menjadi obat bagi yang menginginkannya sebagai obat. Bismillah. Alhamdulillah walaupun setetes Zamzam masuk ke mulutnya, Tata mulai menunjukkan reaksi yang cukup mengejutkan. Tata mulai mengeluarkan kotorannya. Kotorannya berceceran dimana saja. Berkali-kali aku bersihkan kotoran itu, Tata tetap mengeluarkannya. Dua hari sudah Tata seperti itu, mengeluarkan kotoran tanpa kendali.

Aku dan emak saling bergantian memberinya makan. Selain air Zamzam, Tata juga disuguhi dengan susu UHT dari sudut bibirnya. Dampaknya, Tata terus mengeluarkan air seninya sehingga karena dia tidak betah ditempat yang kotor, Tata–dengan tubuh yang lemah–berguling-guling keluar dari tempatnya, yaitu baskom air. Aku hampir tidak nyenyak tidur. Baru 5 menit, suara Tata sudah terdengar. Ketika suaranya terdengar aku segera lari menujunya dan memberinya susu UHT+ air Zamzam. Seminngu dia terbaring tanpa daya sehingga membuatnya tidak betah. Dia mulai berdiri, terseok-seok menaikkan badannya dan berjalan, tapi berkali-kali juga dia terjatuh dan berdiri lagi mencari arahku.

Aku sempat berpikir dan berdoa, ” Ya Allah berilah yang terbaik untuk Tata, jika dia sembuh, tolong sembuhkan dia seperti semula dan jika Engkau menginginkan dia mati, tolong matikan dia dengan tenang tanpa rasa sakit.” Karena kasih sayang Allah-lah Tata bisa berdiri dan bisa berjalan-jalan lagi.

Tak pernah aku merasakan aroma perjuangan sampai aku melihat sendiri perjuangan seekor mamalia yang berusaha untuk sembuh dari penyakitnya dan berdiri lagi menantang keganasan dunia.  Rasa haru menyelimutiku ketika aku melihat perjuangan Tata. Manusia mungkin tidak bisa berbuat seperti itu… . Kebanyakan dari kita belum tentu bisa bertindak seperti Tata bila mengalami kesulitan. Ketika seorang manusia mendapat suatu cobaan, dia bertambah terpuruk dan menjauhi cobaan itu. Ada juga dari manusia yang melakukan hal negatif.

Gambaran kemauan Tata untuk hidup dapat kita temui dengan orang yang bertipe pekerja keras, jika dalam kehidupan. Pengusaha sukses, yang bermula dari keterpurukan bisa menjadi seorang yang besar dan berguna bagi orang banyak.

Jatuh dan bangkit setelah terpuruk tidaklah mudah seperti halnya membangun semangat untuk terus hidup dan menjadi lebih baik bukanlah hal yang imposible untuk kita lakukan. Permasalahan yang ada dalam kehidupan hanya segelintir hal yang tidak harus kita takuti atau menjatuhkan semangat kita. Justru kegetiran-kegetiran yang kita alami dalam kehidupan merupakan butir-butir pengetahuan yang tak bisa kita dapatkan di bangku sekolah atau kuliah.

Betapa pun kita pandai dan seberapa cerdas kita, jika tidak banyak belajar dari pengalaman, maka dia akan terhambat dalam proses kehidupannya. Pengalaman yang kita rasakan harus dijadikan sesuatu yang harus kita simpan dan merupakan harta yang berharga, yang kelak kan berguna bagi kehidupan kita.

Tata menjadi pelajaran tersendiri dan lengkat di benakku. Betapa sayangnya aku padanya, tapi bila suatu masa dia diambil kembali oleh pemiliknya, maka aku harus merelakan.

Ketika kepasrahan terpatri dalam hati, mungkin sebentar lagi do’a-do’a yang dipanjatkan akan dikabulkan dan diijabah oleh Allah. Tunggu dan pasrahlah. Ketika segala usaha telah dilakukan, yang ada hanya keyakinan pada ketentuan Allah… . Allah-lah Pelindung dan Penolong.

sumber : http://melianaaryuni.wordpress.com/2008/01/07/belajar-dari-kucing/

Related Labels:

Tidak ada komentar for: "Belajar dari Kucing"


Leave a Reply

Info Headline Baru

Diberdayakan oleh Blogger.

More Latest