Aku Ingin Belajar (Kisah Nyata Serumpun Impian di Bawah Kolong Jembatan)


Masih banyak di antara kita yang bermalas-malasan saat sekolah atau kuliah, meski keadaan kita jauh lebih beruntung daripada mereka yang ada di luar sana. Mereka yang ada di luar sana? Siapa sih? Kita mungkin tidak benar-benar memikirkan siapa mereka.

Mungkin yang satu ini adalah bukti nyata mengenai ‘siapa mereka’. Seorang pria yang bukan guru, berusia 40 tahun, bernama Rajesh Kumar Sharma, dengan kondisi seadanya membawa impian-impian para muridnya. Pak Rajesh sebenarnya adalah seorang pemilik toko di New Delhi. Namun setiap 2 jam sehari, dia meninggalkan toko untuk menuju ke sekolah.

Jangan membayangkan gedung sekolah, ruang kelas atau pun murid berseragam. Tidak ada bangku, tidak ada papan. Hanya pilar-pilar jembatan yang senantiasa dilalui angin dan bisingnya jalanan, serta dinding yang dicat hitam sebagai papan. Kelas ini berada di bawah jembatan, dihadiri oleh anak-anak usia 4-12 tahun yang ingin belajar. Mereka belajar pada Pak Rajesh Kumar secara gratis. Bahkan pria itu sudah menjalani kegiatan ini selama beberapa tahun.

Rajesh Kumar sudah pernah mengajar 140 anak dan 70 di antaranya sudah bisa bersekolah di lembaga pendidikan yang seharusnya. Meski begitu, mereka masih sering datang ke sana untuk belajar pada Pak Rajesh Kumar.

Mengapa Pak Kumar masih sempat memikirkan mereka? Mengapa ia tidak memikirkan bayaran atas semua yang telah dilakukannya untuk masa depan anak-anak tersebut?

Mungkin bila kita tidak mengalami kesulitan atau keterbatasan, kita tak tahu betapa berharganya sesuatu yang bisa kita nikmati sekarang. Pak Rajesh Kumar pernah merasakan sedihnya ketika impiannya harus terhambat masalah uang sehingga ia harus keluar dari sekolah bisnis di tahun ketiga. Ia tak ingin orang lain merasakan hal yang sama, oleh karena itu ia berani melakukan semua ini. Ia melihat anak-anak kecil yang miskin ini menghabiskan waktu bermain di lumpur dan tidak menggunakan kesempatan ini untuk belajar.

Ia sempat berdebat dengan para orang tua anak-anak miskin ini yang lebih ingin anak-anaknya bekerja daripada pergi ke sekolah. Pak Rajesh Kumar meyakinkan bahwa pendidikan itu lebih bernilai. “Guru kami mengatakan bahwa ketika kemiskinan menyerangmu, kau harus membuka pikiran dan semua itu hanya bisa dilakukan dengan menempuh pendidikan,” ujar salah satu muridnya.
Pak Rajesh Kumar tidak mengecek absensi, ia juga tidak mengatur sebagaimana sekolah pada umumnya. Namun inilah yang membuat pada murid kembali padanya. Ia menyadari bahwa pemerintah tak mungkin membangun sekolah di tempat itu sekarang. Namun ia memiliki impian untuk memiliki sekolah kecil di mana anak-anak bisa belajar.

Pak Rajesh Kumar menyadari tidak semua orang beruntung dalam pendidikan, tidak semua orang ingin pendidikan. Namun ia percaya ada jalan untuk mendaki dari ketidak beruntungan itu dan bahwa semua orang butuh pendidikan, butuh belajar. Anak-anak yang lugu itu tadinya tak mengerti banyak mengenai pentingnya belajar, tapi pada akhirnya mereka menyadari bahwa mereka membutuhkannya.

Kisah ini mengingatkan kita yang masih mampu menuntut ilmu ke sekolah dan belajar dengan layak. Syukuri dan nikmati apa yang kita miliki, karena di luar sana ada mereka yang berusaha lebih keras untuk bisa mewujudkan apa yang kita nikmati sekarang.

Refrensi : vemale dan jagatmotivasi.com

sumber : http://www.jagatmotivasi.com/kisah-nyata-serumpun-impian-di-bawah-kolong-jembatan-aku-ingin-belajar/

Related Labels:

Tidak ada komentar for: "Aku Ingin Belajar (Kisah Nyata Serumpun Impian di Bawah Kolong Jembatan)"


Leave a Reply

Info Headline Baru

Diberdayakan oleh Blogger.

More Latest