Kaum ‘Aad pun telah mendustakan (pula). Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang sangat kencang pada hari nahas yang terus menerus, yang menggelimpangkan manusia seakan-akan mereka pokok kurma yang tumbang. (QS. Al Qamar, 54:18-20)
Kaum ‘Aad yang jejaknya ditemukan para arkeolog di kota Ubar, adalah penentang Nabi Hud yang diutus kepada mereka; akibatnya mereka dibinasakan Allah.
Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: “Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami”. (Bukan)! bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih. (QS. Al Ahqaaf, 46:24)
Dikisahkan dalam ayat tersebut bagaimana Kaum ‘Aad melihat awan yang akan mengazab mereka, namun mereka tak menyadarinya, malah meyakininya sebagai awan hujan. Ini adalah isyarat penting bentuk penderitaan yang akan segera ditimpakan kepada mereka: yakni Badai gurun.
Angin puyuh yang bergerak dan menerbangkan pasir gurun tampak dari kejauhan menyerupai awan hujan. Mungkin Kaum ‘Aad tertipu oleh penampakan ini sehingga tidak menyadari bahayanya. Nyatanya, Ubar, sang “Atlantis Gurun Pasir”, ditemukan di bawah lapisan pasir berketebalan beberapa meter. Sebagaimana diungkap Al Qur’an, badai tersebut terjadi “tujuh hari delapan malam,” menimbun kota dengan berton-ton pasir dan mengubur warganya hidup-hidup. Bukti terpenting yang menunjukkan Kaum ‘Aad terkubur oleh badai gurun adalah kata “Ahqaaf” yang digunakan Al Qur’an untuk menggambarkan tempat tinggal Kaum ‘Aad.
Dan ingatlah (Hud) saudara Kaum ‘Aad yaitu ketika dia memberi peringatan kepada kaumnya di Al Ahqaaf dan sesungguhnya telah terdahulu beberapa orang pemberi peringatan sebelumnya dan sesudahnya (dengan mengatakan): “Janganlah kamu menyembah selain Allah, sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa azab hari yang besar”. (QS. Al Ahqaaf, 46:21)
“Ahqaaf” dalam bahasa Arab berarti bukit-bukit pasir. Ini menunjukan Kaum ‘Aad tinggal di wilayah yang dipenuhi perbukitan pasir, jadi sangat alamiah bila kota tersebut terkubur oleh badai pasir. Bencana yang menghempaskan Kaum ‘Aad berupa badai yang “menjadikan manusia mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk)” pastilah telah membinasakan seluruh penduduknya dalam waktu sekejap. Seluruh kota beserta isinya terkubur hidup-hidup dalam timbunan pasir. Lambat laun gurun pasir merata setelah penghancuran Kaum ‘Aad, tanpa menyisakan jejak mereka.
Dalam Al Qur’an, Allah memberitakan Kaum ‘Aad berpaling dari jalan yang lurus karena kesombongannya. Semua kaum yang baru saja kita kaji melakukan kesalahan yang sama: Mereka semua mendurhakai Allah. Mereka menyembah Tuhan selain-Nya. Mereka berjalan di muka bumi dengan sombong tanpa alasan yang benar. Dan melakukan penyimpangan seksual dan kemaksiatan. Lalu Allah membinasakan mereka.
Sepanjang sejarah telah banyak kaum yang dihancurkan karena alasan serupa, dan tidak terbatas pada sedikit contoh yang kita saksikan di sini. Allah memberitakan kisah nyata ini dalam Al Qur’an, dan mengajak kita memikirkannya dengan sungguh-sungguh. Kewajiban kita adalah mengambil pelajaran dari kehancuran kaum-kaum ini dan menjadikannya sebagai peringatan. Sebuah ayat Al Qur’an menyatakan:
Adapun kaum ‘Aad maka mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan berkata: “Siapakah yang lebih besar kekuatannya dari kami?” Dan apakah mereka itu tidak memperhatikan bahwa Allah yang menciptakan mereka adalah lebih besar kekuatan- Nya dari mereka? Dan adalah mereka mengingkari tanda-tanda (kekuatan) Kami. (QS. Fushshilat, 41:15)
Tidak ada komentar for: "Kisah Kaum 'Aad (2)"
Leave a Reply